Dalam sejarah diyakini peradaban-peradaban di dunia juga berawal dari tepian sungai, hal ini mengacu dan menegaskan bahwa air adalah awal dari kehidupan. Air dapat menghidupan sebuah peradaban, sehingga banyak peninggalan sebuah peradaban yang ditemukan di daeran yang berdekatan dengan sungai. Maka tidak mengherankan berbagai tradisi, parade, atau festival budaya sering kali digelar di sungai.
Di dunia ini, banyak negara yang menggelar tradisi atau festival sungai. Walaupun pada awalnya festival sungai diadakan sebagai salah satu bentuk tradisi budaya atau keagamaan, tetapi pada akhirnya festival sungai menjadi daya tarik wisata. Bahkan festival sungai ini juga sangat diminati sehingga selalu mengundang banyak turis dari berbagai negara untuk menyaksikannya. Di mana saja festival sungai di Asia yang telah menyita perhatian, berikut uniknya.com merangkum 5 festival sungai yang diselenggarakan di Asia:
1. Festival Kumbh Mela (India)
Festival sungai pertama disebut adalah Kumbh Mela, salah satu festival yang digelar di India. Festival ini pada awalnya merupakan upacara keagamaan bagi umat Hindu. Ritual ziarah yang dilaksanakan empat kali dalam 12 tahun tersebut digelar di empat lokasi berbeda, yakni Allahabad, Haridwar, Ujjain, dan Ashik. Namun, tetap memakai aliran sungai yang sama, yaitu sungai Gangga yang dianggap sebagai sungai suci oleh umat Hindu di India.
Pelaksanaan festival Kumbh Mela tidak pernah bisa ditetapkan waktunya, karena tidak berdasarkan kalender Masehi. Dalam ritual ini, orang-orang Sadhu atau mereka penganut agama Hindu berkumpul di sungai Gangga untuk mandi bersama sebagai tanda membersihkan dosa mereka. Ribuan orang akan datang ke tempat tersebut, dari mulai anak-anak hingga orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. Semua yang mandi membersihkan diri dari dosa tersebut harus dalam keadaan telanjang bulat.
Perayaan ini menjadi salah satu festival yang mampu menghadirkan jutaan orang di satu tempat dalam waktu yang bersamaan. Bukan hanya mereka yang melakukan ritual saja yang datang ke tempat tersebut, tetapi para turis yang mendokumentasikan festival tersebut. Rentang waktu pelaksanaan festival yang mencapai 3 tahun sekali tersebut yang membuat festival Kumbh Mela mendapat apresiasi tinggi dari masyarakatdunia.
Silahkan Klik untuk Melihat Gambar atau Video... | Buka |
|
2. Festival Sungai Mekong (Thailand)
Festival selanjutnya disebut Sungai Mekong. Dalam festival yang berlangsung di sungai Mekong di Provinsi Nong Khai, Thailand ini menampilkan bola-bola api yang secara misterius muncul dari dalam sungai. Penduduk asli Tahulan menyebutnya dengan Bung Fai Paya Nak. Kemunculan bola-bola api naga di sungai Mekong tersebut hanya satu kali dalam setahun. Tepatnya selama tiga hari pada awal bulan Oktober.
Menurut kepercayaan penduduk setempat, bola-bola api tersebut datang dari seekor naga yang berdiam di dalam sungai Mekong. Sementara para ilmuwan menjelaskannya secara ilmiah, bahwa bola api tersebut muncul akibat pembakaran alam. Pada waktu yang ditunggu-tunggu puluhan bola api bercahaya merah menyembur dengan indah dari dalam sungai hingga 100 m. Selama beberapa detik bola-bola api itu menggantung di udara dan akhirnya lenyap. Kejadian menyemburnya bola-bola api naga tearsebut berulang hingga beberapa kali dalam satu malam.
Fenomena alam bola-bola api naga yang telah melegenda menjadi Festival Sungai Mekong tersebut sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Mitos tentang bola api tersebut berasal dari naga yang diam di dalam sungai, seorang dokter bernama Munas Kanoksin, meneliti fenomena tersebut selama 11 tahun. Kanoksin bisa menjelaskan fenomena alam tersebut karena endapan gas metana yang naik dari dasar sungai. Bahkan menurut Kanoksin, fenomena bola-bola api naga menyembur bisa kembali terulang pada bulan Mei, saat posisi koordinat bumi mendekati matahari.
Selama festival berlangsung, ternyata tidak hanya munculnya bola api dari dalam sungai yang menarik perhatian pengunjung, pesta kembang api dan lomba perahu naga juga menarik perhatian wisatawan yang datang ke acara tersebut. Setiap tahun, sedikitnya 300.000 orang baik turis lokal maupun mancanegara datang berbondong-bondong ke Nong Khai menyaksikan fenomena alam tersebut.
Silahkan Klik untuk Melihat Gambar atau Video... | Buka |
|
3. Festival Peh Cun (Cina)
Festival selanjutnya, yaitu Peh-Cun-Duan Wu Jie, atau lebih dikenal dengan Festival Perahu Naga di Cina. Festival tersebut merupakan simbol dari pemujaan terhadap dewa naga menurut kepercayaan masyarakat Cina. Festival Peh Cun dilaksanakan pada tanggal 5 bulan 5 menurut penanggalan Cina di daerah sebelah selatan Sungai Yangtze. Duan Wu Jie merupakan salah satu festival penting dalam kebudayaan suku Cina.
Versi lain dari asal usul Festival Perahu Naga yang hingga kini terus berlangsung dan sangat diminati para wisatawan adalah mengenai patriotisme Qu Yuan. Perana Menteri Negara Chu di zaman peperangan tersebut setia pada negaranya. Banyak ide brilian yang dilakukan untuk memajukan negara Chu, tetapi saying ia dikritik oleh keluarga raja yang tidak senang pada Qu yang akhirnya diusir dari ibu kota negara Chu. Qu akhirnya bunuh diri dengan melompat ke Sungai Milao. Kisah ini pun tercatat dalam sejarah Shi Ji.
Rakyat yang merasa kehilangan sosok Qu akhirnya mencari jenazah dengan menjelajahi sungai. Ratusan perahu yang dipergunakan rakyat dalam mencari sosok sang menteri melaju dengan kencang karena mereka saling berlomba untuk menemukan Qu. Aksi saling cepat mencari Qu Yuan dengan perahu dari masyarakat tersebutlah yang dianggap sebagai cikal bakal Festival Perahu Naga hingga sekarang.
Silahkan Klik untuk Melihat Gambar atau Video... | Buka |
|
4. Festival Tenjin Matsuri (Jepang)
Festival sungai di negara Asia yang juga menjadi perhatian wisatawan dunia setiap tahunnya, yakni Festival Tenjin Matsuri di Jepang. Festival yang digelar di Sungai Okawa, kota Osaka tersebut merupakan salah satu yang terbesar di Jepang. Setiap tahunnya festival ini digelar setiap tanggal 24 dan 25 Juli.
Setiap pelaksanaan festival, sedikitnya ratusan perahu memadati sungai Okawa. Festival Tenjin Matsuri sudah digelar sejak tahun 1000. Ribuan orang berarakan sambil menggotong kuil-kuil kecil O-mikoshi dari kuil Temanggu ke Jembatan Tenjin. Kemudian orang-orang asli Jepang saja yang mengikuti festival ini, kini wisatawan mancanegara pun bisa ikut menikmati festival secara langsung di sungai Okawa.
Pada acara puncak, terdapat prosesi darat atau lebih dikenal dengan Riku Togyo, dan prosesi perahu atau Funa Togyo. Pada akhir acara akan dilakukan pesta kembang api. Kini setiap tahunnya festival Tenjin Matsuri selalu dipadati pengunjung, tidak hanya wisatawan lokal, tetapi dari berbagai negara. Mendokumentasikan festival ini menjadi tujuan utama para wisatawan.
Silahkan Klik untuk Melihat Gambar atau Video... | Buka |
|
5. Festival Bidar dan Perahu Hias (Indonesia)
Festival sungai di Asia terakhir yang menarik perhatian ada di Indonesia. Festival tersebut, yakni Festival Bidar dan Perahu Hias yang digelar di sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Festival ini digelar setiap tahun dan merupakan perayaan memperingati hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus. Dalam festival ini banyak perlombaan yang digelar di bataran sungai Musi, mulai dari kompetisi perahu bidar tradisional, perahu hias, dan perahu naga.
Awal mula lahirmya Festival Bidar, yakni dari sejarah perahu yang ditugasi untuk menjaga wilayah Palembang yang memiliki 108 anak sungai dan sungai Musi sebagai induknya. Dalam menjaga wilayah, diperlukan yang larinya cepat. Lalu kesultanan Palembang membentuk satuan patroli sungai dengan menggunakan perahu yang dinamai Pancalang. Nama pancalang mengandung arti perahu yang cepat menghilang.
Pancalang memiliki panjang antara 10 hingga 20 meter, lebar 1,5 sampai 3 meter dan biasa dikayuh antara 8 hingga 10 orang, dan bisa membawa sampai 50 orang. Karena bisa menampung banyak orang, pancalang bisa digunakan alat transportasi. Bahkan para raja sering menggunakan pancalang untuk berlibur mengelilingi sungai Musi.
Menurut para ahli sejarah, perahu pancalang inilah yang menjadi asal usul lahirnya perahu bidar. Agar terjaga kelestarian perahu bidar, maka digelarlah lomba perahu bidar yang sudah dilaksanakan sejak zaman kesultanan Palembang, Darussalam. Pada zaman dulu lomba ini disebut juga dengan kenceran. Bahkan saat pelaksanaan lomba di festival 17 Agustus, wisatawan memenuhi bantaran sungai Musi.
Silahkan Klik untuk Melihat Gambar atau Video... | Buka |
|